Film Animasi “Merah Putih: One for All” Tuai Kontroversi Jelang Rilis


Sumber gambar : Youtube Perfiki tv
rakanila.com (12/08/2025) - Film animasi bertema kemerdekaan Indonesia berjudul Merah Putih: One for All garapan Endiarto dan Bintang Takari, produksi Perfiki Kreasindo, dijadwalkan tayang perdana pada 14 Agustus 2025, tiga hari sebelum peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Film ini menceritakan delapan anak dari berbagai suku di Indonesia yang berpetualang mencari bendera pusaka yang hilang demi kelancaran upacara Hari Kemerdekaan di desa mereka.
Dilansir dari laman www.detik.com, meski mengusung pesan persatuan dan keberagaman, film ini telah menuai banyak kritik bahkan sebelum penayangan perdananya. Sejumlah warganet menyoroti kualitas animasi yang dinilai kaku dan terkesan digarap terburu-buru, serta mempertanyakan penggunaan anggaran produksi yang disebut mencapai Rp 6,7 miliar.
Kontroversi semakin memanas setelah sejumlah konten kreator mengungkap dugaan penggunaan aset murah dari store daring seperti Daz3D yang menunjukkan adegan yang diduga menggunakan aset “Street of Mumbai” tanpa penyesuaian signifikan, sehingga dinilai mengurangi kedalaman visual.
Tak hanya itu, film ini juga dibandingkan dengan Jumbo, film animasi Indonesia yang lebih dulu menuai pujian karena kualitas visual dan jalan ceritanya. Netizen menganggap Merah Putih: One for All menurunkan standar yang telah dibangun industri animasi lokal.
Keanehan lain muncul dari cuplikan trailer yang diunggah di youtube perfiki tv yang menampilkan senapan laras panjang AK-47 di dalam lemari penyimpanan Balai Desa. Produser film, Endiarto, memberikan klarifikasi bahwa senjata tersebut hanyalah properti untuk pementasan perayaan 17 Agustus dan bukan senjata asli.
Isu anggaran Rp 6,7 miliar juga memicu tanda tanya. Endiarto mengaku tidak mengetahui asal munculnya angka tersebut, padahal informasi itu tercantum dalam unggahan Produser Eksekutif Sonny Pudjisasono dan di laman resmi Perfiki Kreasindo. Pemerintah pun turut terseret dalam isu pendanaan ini.
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, menegaskan bahwa Kementerian Ekonomi Kreatif tidak memberikan bantuan finansial maupun fasilitas promosi untuk film ini. Menurutnya, pihaknya hanya melakukan audiensi singkat terkait karakter dan trailer, tanpa terlibat dalam pembiayaan.
Endiarto menjelaskan bahwa produksi film berdurasi 70 menit ini sepenuhnya dibiayai secara patungan oleh internal Perfiki Kreasindo, yang berada di bawah naungan Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail. Ia menegaskan bahwa meskipun mengusung tema nasionalis, film ini murni proyek independen dari insan perfilman tanpa menggunakan dana negara.
Meski diterpa kritik, Merah Putih: One for All tetap dirilis sesuai jadwal. Pihak produksi berharap pesan persatuan, keberanian, dan cinta tanah air yang diangkat dalam film ini dapat menjadi inspirasi bagi penonton, khususnya generasi muda, dalam memaknai kemerdekaan Indonesia.
Penulis: Khoirunnisaa
Penyunting: Nadia Eksa Anisa Putri