Tanggapi Isu Kekerasan: Mahapel Unila Bantah Tuduhan Kekerasan dalam Diksar


Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi
Rakanila.com (4/6/25)- Mahasiswa Ekonomi Pecinta Lingkungan (Mahapel) Universitas Lampung (Unila) menyampaikan klarifikasi secara resmi dan terbuka terkait tuduhan kekerasan yang dilakukan ketika Pendidikan Dasar (Diksar) Mahepel angkatan XXVI.
Seperti yang telah beredar belakangan ini di media pemberitaan maupun media sosial, Diksar Mahepel diduga telah menyebabkan mendiang Pratama Wijaya Kusuma berpulang. Menyikapi hal ini Mahepel mengadakan konferensi pers secara resmi dan membantah dugaan tersebut.
Klarifikasi ini disampaikan langsung oleh Ahmad Fadilah, Ketua Umum Mahepel yang didampingi Candra Bangkit selaku kuasa hukum. Pihak Mahepel menyampaikan rasa duka cita terhadap wafatnya mendiang Pratama dan empati kepada seluruh peserta yang mengalami gangguan kesehatan.
Kegiatan Diklat MAHEPEL XXVI yang diselenggarakan sejak Oktober hingga November 2024 ini telah mengikuti serangkaian prosedur seleksi administratif, fisik, dan psikologis dengan mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku dalam organisasi.
Menurutnya tidak ada tindakan kekerasan terorganisir selama kegiatan Diksar.
“SOP kami selama melakukan kegiatan Diksar tidak adanya kontak fisik, luka-luka lebam dan goresan di siku karena sebenarnya dari kegiatan yang biasa dilakukan di alam, seperti merayap, push up, dan membuat bivak,” jelasnya.
Namun ketika ditanyakan terkait lebam di leher, ketua umum Mahepel itu tidak mengetahui akan hal tersebut.
“Kalo untuk lebam-lebam di leher kami tidak mengetahui,” lanjutnya.
Terkait isu peserta meminum cairan spirtus merupakan kelalaian individu, tanpa ada arahan atau paksaan dari panitia. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa spirtus diberikan sebagai hukuman atau perlakuan tidak manusiawi.
Ia juga menjelaskan terkait dugaan wafatnya mendiang Pratama. Berdasarkan pemeriksaan medis, penyebab kematian adalah tumor otak, bukan akibat dari aktivitas diklat. Karena pasca diklat Alm pratama masih sering ke Sekret Mahepel dan tidak pernah ada keluhan.
Kemudian Mahepel juga membantah isu M. Arnando Al Faris yang sempat diduga mengalami pecah gendang telinga. Menurutnya berdasarkan hasil diagnosis medis, Faris mengalami Otitis Media Akut (OMA). Pihak Mehepel telah menunjukkan itikad baik dengan memberikan pendampingan, membiayai pengobatan, dan bersilaturahmi ke keluarga.
Pada akhir penjelasan pihak Mahepel meminta kepada semua pihak, termasuk media, mahasiswa, dan masyarakat umum, untuk bersikap objektif dan tidak menyebarkan informasi sepihak yang belum terverifikasi. Mahepel juga sangat mendukung tim investigasi yang di bentuk oleh Unila
Penulis: Alfi Sahrin
Penyunting: Nadia Eksa Anisa Putri